Oleh Budi Kuswan Susilo (Disertasi Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, 2013) dibimbing oleh Prof. Ir. Edy Sutriyono, M.Sc. Ph.D., Co-Promotor I, Prof. Dr. Ir. Robiyanto H. Susanto, M.Agr.Sc., Co-Promotor II, Budhi Setiawan, S.T., M.T., Ph. D.
Pengendapan dari tailing di dataran rendah Ajkwa, Papua telah dipelajari melalui studi geomorfologi dan pengelolaan lingkungan fisik. Tujuannya adalah pertama, melakukan analisis kemampuan sistem sungai untuk mampu mengangkut dan mengendapkan sedimen. Kedua, melakukan identifikasi atas perubahan morfologi dan melakukan analisis korelasi. Ketiga, merumuskan strategi pengelolaan lingkungan fisik. Kemampuan daya angkut sedimen dikontrol oleh kecepatan aliran relatif pada setiap gradien sungai, dimana segmen yang curam mendukung sungai Aghawagon untuk mampu mengakomodasi 223.000 ton/hari tailing ke dalam alirannya. Sedimen tailing diangkut melalui mekanisme bed load dan suspended load. Pada segmen yang landai — hampir datar di Dataran Rendah Akwa atau ModADA, maka kecepatan aliran menjadi melambat, sehingga pengendapan dimulai. Analisis penginderaan jauh, analisis profil di ModADA dan Muara Ajkwa, dan analisis batimetri digunakan untuk menentukan perubahan morfologi di dataran rendah Ajkwa. Perubahan morfologi pada daerah terdampak secara spasial dan temporal mencapai 75,15% dari luas ModADA dengan sedikitnya terdapat 156.329.510,06 meter kubik endapan sedimen pada periode 1988 – 2009. Morfologi di ModADA di identifikasi sebagai morfologi alami sebagai hasil perkembangan sungai yang dinamis membentuk sungai teranyam; dan bentuk morfologi buatan yang di bangun untuk memaksimalkan pengendapan sedimen, seperti tanggul di barat dan di timur dari daerah pengendapan dan ambang bronjong sebagai struktur yang dibangun melintang terhadap aliran sungai. Morfologi di muara Ajkwa menunjukkan perubahan morfologi kanal, seperti penyempitan dan pendangkalan kanal, dan pembentukan pulau-pulau baru. Sedikitnya 3.664.484,10 meter kubik endapan sedimen tailing pada periode 2003 – 2008. Proses-proses fluvial mendominasi pembentukan delta di Muara Ajkwa dibandingkan dengan proses-proses laut. Strategi dalam pengelolaan lingkungan fisik di tentukan dari penilaian terhadap pengelolaan eksisting dalam mendukung program retensi tailing. Strategi pertama, memaksimalkan fungsi dari ambang bronjong. Strategi kedua, pemanfaatan daerah pengendapan sedimen yang belum digunakan secara optimal sebesar 26,25 persen dari ModADA.