Oleh: HennyAfriana/Mahasiswi Program Studi Pengelolaan Lingkungan Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Robiyanto H. Susanto, M. Agr.Sc. dan Ir. Bakri, M.P.
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status air di petak sekunder dan tersier contoh pada dua lokasi petak sekunder daerah reklamasi rawa pasang surut, mengkaji fluktuasi muka air tanah berdasarkan kondisi hidrotopografi rawa pasang surut pada lahan usaha petani, dan mengkaji fluktuasi muka air tanah dalam hubungannya dengan keberadaan lapisan tanah sulfat masam dan bahan organik tanah dalam kaitannya terhadap pengelolaan air.
Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi petak sekunder daerah rawa pasang surut yaitu di P8-12S Telang I Desa Telang Karya, Kecamatan Muara Telang dan P10-2S Delta Saleh Desa Srimulyo, Kecamatan Muara Padang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, yaitu pada bulan November 2006 sampai dengan Januari 2007.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang disajikan berdasarkan grafik dan gambar yang mewakili data dan hasil pengamatan. Adapun penelitian ini dibagi ke dalam dua periode antara lain: 1) periode berdasarkan analisis data sekunder yang diamati secara harian (Agustus 2004 – Oktober 2006), dan 2) periode masa penelitian yang diamati per 3 hari (November 2006 – Januari 2007).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa P8-12S dan P10-2S status air di lahan beragam mulai dari muka air tanah yang berada dibawah permukaan tanah, sama dengan permukaan tanah, bahkan sampai kondisinya tergenang. Telang I dengan hidrotopografi A/B, mukai air tanah berada 20 cm di atas permukaan tanah berkisar pada bulan November 2004-Juni 2005, dan Oktober 2005-Mei 2006, sedangkan 40 cm di bawah permukaan tanah pada Agustus-Oktober 2004, dan Juli-September 2005. Muka air tanah sama dengan permukaan tanah pada November 2006-Januari 2007. Sementara di Delta Saleh dengan hidrotopografi C/D, fluktuasi naik turunnya muka air tanah lebih dalam lagi bila dibandingkan di Telang I.
Pengelolaan air di P8-12S dengan kedalaman lapisan piritnya berkisar antara 50 cm – 1,2 m, dan kondisi aman bagi pertumbuhan tanaman maka perlu diupayakan agar lahan selalu dalam kondisi kecukupan air agar lapisan pirit tidak teroksidasi, hal ini dapat dilakukan dengan irigasi air pasang agar lahan dapat digenangi. Sedangkan di P10-2S dengan kedalaman lapisan pirit yang sangat jauh dari permukaan tanah yakni antara 80 cm – 1,45 cm dbpt (di bawah permukaan tanah), tetap dengan kondisi yang relatif aman tersebut perlu diupayakan dengan penahanan air agar berperan sebagai cadangan air.
Leave A Comment