Potensi pengembangan pertanian padi di daerah Sumatra Selatan cukup besar. Dari seluruh jumlah luas sawah yang ada, baru 12% sawah dengan pengairan teknis, sedangkan potensi sawah dengan pengairan masih meliputi 295.000 ha, dan potensi persawahan pasang surut meliputi 500.000 ha. Salah satu daerah Sumatera Selatan yang menghasilkan hasil pertanian terbesar adalah Kabupaten Banyuasin. Luas areal pertanian tanaman pangan di Kabupaten Banyuasin cukup potensial. Dimana lebih dari setengah luas wilayah Kabupaten Banyuasin dipergunakan untuk lahan pertanian, luas areal tersebut mencapai 963.657 ha meliputi persawahan 234.309 ha (24,31%), dan sisanya lahan non persawahan 729.348 ha (75,69 %).
Sumatera Selatan sebagai salah satu propinsi dengan agroekosistem yang beragam merupakan salah satu penyumbang produksi jagung nasional. Berdasarkan data statistik produksi jagung Sumatera Selatan tahun 2011 yakni sebesar 125.688 ton, berada di urutan ke-16 dari 33 propinsi. Produktivitas jagung di Sumatera Selatan relatif masih rendah yakni 3,81 ton/ha, masih jauh di bawah produktivitas nasional yakni 4,57 t/ha (Badan Pusat Statistik, 2012). Beberapa wilayah andalan pengembangan jagung di antaranya kabupaten OKU, OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Musi Rawas (BPTP Sumatera Selatan, 2001).
Periode 2005-2025 produksi jagung nasional diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar 4,26%. Potensi tanaman jagung yang ada di Indonesia sangatlah tinggi. Badan Litbang (2007) melaporkan bahwa di Indonesia diperkirakan luas areal pertanaman jagung di lahan kering yakni 79%, lahan sawah irigasi 10-15% dan sawah tadah hujan 20-30%. Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan tanaman jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman (Ditjen Tanaman Pangan 2005). Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa hampir 79% areal pertanaman jagung di Indonesia terdapat di lahan kering, dan sisanya 11% dan 10% masing-masing pada lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan. Kegiatan budidaya jagung di Indonesia hingga saat ini masih bergantung pada air hujan. Menyiasati hal tersebut, pengelolaan air harus diusahakan secara optimal, yaitu tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien dalam upaya peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas pertanaman.
Kendala yang sering dihadapi para petani dalam proses tanaman jagung selain hama dan penyakit adalah panen dan pasca panen. Hasil panen yang berlimbah sering menjadi kendala petani untuk memasarkan hasil panennya. Dalam pelaksanaan panen petani mendapatkan kendala tenaga untuk membantu proses panen sehingga panen dilaksanakan lebih lama dan ini dapat menjadikan kondisi jagung rusak dan harga jagung akan menurun. Proses panen dan pasca panen harus sangat di perhatikan untuk menjadikan harga jagung yang lebih tinggi, selain di jual dalam bentuk pupil jagung olahan dari tanaman jagung merupakan altrenatif yang sangat baik untuk memasarkan hasil panen jagung. Hasil olahan jagung berupa tepung jagung, beras jagung, dan lainnya.
Tujuan dari rencana panen jagung di pilot area 100 ha kegiatan CSV (Creating Shared Values) Sinarmas Forestry and Partners di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut :
- Pemantauan pembangunan dan perbaikan gorong-gorong dan pemasangan pintu air
- Pemantauan dan pertumbuhan tanaman jagung di desa Banyu Urip dan desa Muliasari
- Pembuatan bangunan pertanian multi fungsi (BAPERMUSI) di desa Muliasari
- Persiapan panen dan rencana penen jagung di pilot area 100 ha.