Oleh Rina Rahayu (Skripsi, Universitas Sriwijaya, 2013) dibimbing oleh Muslim dan Yulisman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan embrio ikan betok (Anabas testudineus) pada suhu inkubasi yang berbeda. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 8-10 Pebruari 2013 di Laboratorium Dasar Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya. Penelitian ini menggunakan lima perlakuan suhu inkubasi yang berbeda yaitu (A1) 26 ± 1°C, (A2) 28 ± 1°C, (A3) 30 ± 1°C, (A4) 32 ± 1°C dan (A5) 34 ± 1°C. Parameter utama yang diamati adalah perkembangan embrio, sedangkan parameter penunjang adalah waktu penetasan, persentase penetasan, persentase abnormalitas larva dan kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur yang diinkubasi pada suhu masing-masing perlakuan menghasilkan pola perkembangan embrio yang teratur dan baik. Dimana suhu inkubasi A1, A2 dan A3 tidak mempengaruhi stadia formasi blastodisk hingga stadia blastula dan mulai mempengaruhi stadia gastrula hingga menetas, tetapi suhu perlakuan A4 dan A5 mempengaruhi stadia formasi blastodisk ~gga menetas sehingga diperoleh larva abnormal sebesar 38,47% dan SI,08%. Waktu penetasan pada perlakuan AI, A2, A3, A4 dan AS adalah 20,41 jam, 19,33 jam, I8,16 jam, I6,58 jam dan 14,50 jam. Persentase penetasan pada perlakuan A1, A2, A3, A4 dan AS adalah 84,33%, 92,33%, 86%, 83,67% dan 78,33%. Hasil pengukuran kualitas air pada masing-masing perlakuan adalah pH ) (6,72-7,74) dan DO (6,I6-7,S3). Perkembangan embrio ikan betok sebaiknya diinkubasi pada kisaran suhu 26-30°C untuk menekan persentase abnormalitas dan meningkatkan persentase penetasannya.