Oleh Najib Asmani (Disertasi Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, 2012), dibimbing oleh Fachrurrozie Sjarkowi sebagai Promotor; Robiyanto H. Susanto, Kemas Ali Hanafiah, Soewarso, dan Chairil Anwar Siregar sebagai ko-promotor).
Masih dalam perdebatan, apakah pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) pada lahan rawa gambut yang terdegradasi menghasilkan manfaat atau kerugian dari aspek ekologis, ekonomis dan budaya. HTI selain bertujuan menghasilkan kayu bahan baku pulp, juga dapat menyerap dan mencegah emisi karbon. Pendaman atau tambahan karbon (ACS) dapat dipersiapkan untuk mendapatkan sertifikat penurunan ernisi (CERs). Satuan Usaha Perhutanan Kerakyatan (SUPK) adalah suatu konsep untuk memotivasi masyarakat sekitar hutan agar dapat melakukan konservasi hutan sambil melakukan kegiatan agribisnis. Tujuan penelitian adalah: (I). Membandingkan perolehan manfaat sosio ekologis, ekonomis, dan budaya (sogimiya) antara periode rawa gambut terdegradsi dengan periode HTI; (2) Menganalisis potensi pendaman karbon (ACS); (3) Menganalisi harga karbon, dan; (4) Menganalisis pendapatan SUPK berbasis akasia untuk memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) petani.
Penelitian tentang ACS and harga karbon dilakukan pada PT. Sebangun Bumi Andalas (PT. SBA) perusahaan HTI di Distrik Teluk Pulai Tulung Selapan; sogimiya di Desa Sirnpang Tiga Sakti Kecanzatan Tulung Selapan dan Desa Sungai Batang Air Kecmtan Sugihan, b, Model SUPK di Desa Mukti Jaya dan Desa Srijaya Baru Kecamatan Air Sugihan yang semuanya berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Estimasi manfaat sosio ekologis dihitung dari besarnya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dan kerugian yang dialami responden dari dampak negatif lingkungan; Manfaat sosio ekonorni dihitung dari besarnya pendapatan keluarga, dan; Manfaat sosio budaya dihitung dari besarnya pengeluaran keluarga. Pengukuran biomasa karbon dengan pengrusakan pohon contoh; ACS dihitmg dari tambahan karbon: biomasa, baseline, ernisi dan kebocoran. Harga karbon dihitung dari besarnya penerimaan kayu akasia dan ACS. Model SUPK dilakukan pendekatan dari pendapatan petani dan skala usaha yang dapat memenuhi KHL. Hasil penelitian, bahwa manfaat sogimiya di Simpang Tiga Sakti dan Sungai Batang sebagai dampak HTI mengalami peningkatan mendekati sekitar 8,O lipat dibandingkan sebelumnya. Biomasa akasia yang diperoleh sebesar 33,3 18 ton per hektar per tahun, dengan kandungan karbon sebesar 49,95 persen. Pendaman karbon sebesar 14,5 1 ton per hektar per tahun dengan perhitungan harga karbon yakni USD9.124 per ton jika akasia tidak dipanen, dan jika dipanen karbon tertinggal sebesar 6,17 ton dengan harga USD3.233 per ton COz. Perbandingan pendapatan jika kayu diolah menjadi pub sebesar 5.01 kali lebih besar. Pendapatan petani yang berasal dari usahatani dan luar usahatani tidak mencapai standar KHL. Penerapan Model SLPK untuk pemenuhan KHL membutuhkan skala usaha akasia seluas 27.94 hektar, dan skala usaha seluas 18,04 hektar untuk sebanding dengan pendapatan usahatani.
Kata Kunci: HTI, manfaat, pendaman karbon, harga karbon, Model SUPK
Leave A Comment